4.15.2011

A Dictation


Photo by: Didit Indra
"We were created so that your eyes can see the prohibition clearly.
Although your brain cannot"

Jakarta, pagi-pagi

Jalanan yang dipenuhi festival mobil, angkutan dan motor bersorak ria
Mereka sudah mengerti inilah ritual
Waktunya saling memahami antara jalanan, matahari, debu dan kendaraan dalam bentuk apapun
Semuanya sudah memahami kemacetan lebih dari mereka memahami pacar mereka sendiri.
Manusia-nya?
Mereka merasa sudah terlalu punya banyak batas kesabaran.

Umpatan akan muncul ketika Saya mengendarai mobil tepat di jalur yang ada, dengan mengesampingkan "jalur busway" yang terlihat lebih lenggang, tiba-tiba ada mobil yang dengan asyik dengan roda-rodanya meluncur di jalur busway.

What are they thinking?
Waktu mereka yang sempit dan diburu-buru oleh deadline?
Hari-hari mereka yang akan dipenuhi jadwal?
Atau mereka adalah orang spesial yang berhak tidak disalahkan atas pelanggaran peraturannya tersebut?

Ok. Maybe, it's bulshit to talk the rule.
Apalagi indera yang bisa membuat kita (termasuk saya) mematuhi peraturan-peraturan kecil?

Maaf sebesarnya, kalau ada yang pernah meluncur di jalur busway.
Naik busway itu juga butuh kesabaran loh. 
Mereka berdempet-dempetan di dalam trans Jakarta dan kalau mobil kamu masuk di dalam jalur mereka... Mobil kamu adalah penyebab "macetnya" di jalur busway.

Mungkin banyak peraturan yang bisa kita lihat.
Tapi memang sulit yang banyak masuk ke logika kita.
Jadi peraturan bukan lagi soal logika ya? Tapi soal seberapa besar plang "DILARANG" yang ada.

Teruntuk diri gue sendiri juga,
yang suka melanggar peraturan

Regards,
Dhannisa


Tidak ada komentar: