2.16.2013

Real conversation is a rare thing


“Saat dia bicara panjang lebar soal apa yang dia suka soal apa yang dia sedang amati itu akan lebih baik, dibanding dia terus mengamati apa yang dia suka di layar smartphone-nya saat ngobrol dengan saya”

Berkali-kali saya bertemu orang, saya selalu impressed dengan orang yang menghabiskan waktu untuk banyak mendengarkan dan banyak bicara. Orang-orang yang membagi kejadian sehari-harinya, share their passion, share their life’ stories.

Tapi bahkan, saya baru menyadari ini dua tahun belakangan. Waktu dulu, saya termasuk penggemar berat handphone ataupun smartphone. Sampai-sampai saya seringkali dimarahi oleh Bokap sendiri saking ia kesalnya dengan hubungan saya yang terlalu erat dengan benda tersebut.

Menurut Bokap, terlalu sering main handphone saya kelihatan seperti anak kampung. “Kampungan banget main hp mulu kaya nggak pernah megang HP!”
Saat itu saya menganggapnya kolot (dosa banget ya). Karena di saat itu saya lagi jadi ABG yang doyan kontek-kontekan dan sharing segala sesuatunya di gadget kesayangan dengan teman-teman.

Begitupun dengan sang pacar. Dia pernah ketus dengan saya , bilang to the point “Respect people when you’re talking with them! Take your eyes off the screen!”
Saat itu seperti ada hantaman keras yang bikin saya sadar dan membuat saya sekarang sangat memprioritaskan ngobrol dibanding gadget saya (meski sekarang pacar saya lagi kecanduan main battleship di smarphone kesayangannya dan saya sering mengingatkan dia balik).

Sekarang, saya menyadari seratus persen apa yang dikatakan Bokap dan pacar saya. Saya sangat menghargai waktu ketika bertemu dengan teman-teman, keluarga dan menghargai makan siang. Oke. Saya akui gadget itu sumber informasi, penghilang rasa jenuh. Tapi saya sudah menghabiskan cukup lebih dari 8 jam (melebihi waktu tidur) dalam penggunaan gadget (PC, laptop, handphone dkk.)

Sekarang saya benar-benar hobi “ngobrol” dan mendengarkan cerita orang. Ini benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang saya rasakan ketika masih ABG. Jarang sekali orang yang membiarkan handphonenya istirahat di tas ketika sedang ngobrol dan duduk bersama di waktu makan siang atau keadaan di mana memang tujuannya untuk bersua.

Kebetulan, saya juga anak periklanan, yang bikin iklan karena kemauan klien, bisa juga karena inisiatif kita sendiri. Partner saya (yang juga pacar saya) seorang Art Director pun mengajukan sebuah ide visual yang sangat menarik (meski saat itu kita sempat berdebat soal konsep komunikasi-nya sendiri). Maka saya pun mencoba mencari “what to say” yang tepat untuk visual tersebut dan bersama team pun kita sepakat mengenai ide komunikasi “take your eyes off the screen and start talking with fresh breath”. Kita sih nggak menang award dan masih ada yang harus diperbaiki soal idenya (yang memang "how to say"-nya agak layering. Tapi, to be frankly paling nggak kita happy karena kita membuat iklan yang punya message good value di dalamnya!




Jadi, coba deh mulai cuekin handphone sebentar kalau lagi kumpul sama temen-temen, I bet you’ll love to always having real conversation! J

Tidak ada komentar: